FILSAFAT
ILMU
PENGERTIAN FILSAFAT ILMU, OBJEK FILSAFAT ILMU
DAN PENTINGNYA MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU
Disusun Oleh:
Kristinawati (16110001)
Iradatin Maisura (16110002)
Riski Nur Azizah (16110003)
Kelas A
Dosen Pengampu
:
Dr. Zamzam
Afandi, M. Ag
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2018-2019
PENDAHULUAN
Manusia
dianugerahi akal dan daya pikir yang tidak diperoleh makhluk lain, pada setiap
aktivitas kehidupan manusia sangat diperlukan sekali dan pada akhirnya akan
menentukan hasil yang dicapai.
Allah SWT
sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa berpikir, banyak ayat yang
menyatakan tentang pentingnya berpikir dengan kata-kata ‘apala ta’qilun’
Allah, ‘apala tatafakkarun, ‘la ya’lamun’, ‘ulil albab’ dan lain-lain
yang semuanya mengajak untuk berpikir. Dari perintah-perintah Allah yang
tersurat dalam wahyunya itu mengisyaratkan bahwa dengan mengoptimalkan proses
berpikir memungkinkan seseorang akan dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang
banyak dan berguna bagi kehidupan manusia dengan cara banyak membaca dan menganalisis
serta mengadakan riset (penelitian).
Memperhatikan
betapa pentingnya berpikir, rasa mempelajari filsafat sangat perlu. Filsafat
merupakan sarana yang baik untuk memahami bagaimana cara berpikir. Oleh karena
itu, manusia sebagai makhluk yang berpikir (hayawanun natiq), terutama
para pelajar, mahasiswa, para ilmuan yang merupakan bagian dari komunitas
intelektual untuk mempelajari filsafat ilmu dan juga filsafat ilmu. Dengan
menguasai filsafat ilmu, seseorang akan lebih mudah memahami dan menguasai ilmu-ilmu
lain yang berbeda.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian filsafat dan objeknya?
2.
Apa
pengertian filsafat ilmu dan objeknya?
3.
Apa
struktur filsafat ilmu?
4.
Bagaimana
cara memperoleh pengetahuan filsafat?
5.
Bagaimana
ukuran kebenaran filsafat?
6.
Apa
pentingnya mempelajari filsafat ilmu?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
pengertian filsafat dan objeknya.
2.
Mengetahui
pengertian filsafat ilmu dan objeknya.
3.
Mengetahui
struktur yang ada dalam filsafat ilmu.
4.
Mengetahui
bagaimana cara memperoleh pengetahuan filsafat.
5.
Mengetahui
bagaimana ukuran kebenaran filsafat.
6.
Menegetahui
pentingnya mempelajari filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI FILSAFAT
1. Definisi Filsafat
Kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopia artinya mencintai
kebijaksanaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah philosophy
dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah falsafah yang berarti cinta
kearifan. Istilah philosopia memiliki akar kata philien yang
berarti mencintai dan sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah philosopia
berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Dalam uraian di atas
dapat dipahami bahwa filsafat cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang yang
berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf
atau philosof[1].
Secara
terminologi filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
yang ada secara mendalam bila mengunakan akal sampai pada hakikatnya.
Menurut
Poedjawijatna mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal
pikiran belaka. Menurut Hasbullah Bakry mendefinisikan bahwa filsafat adalah
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
hakikat yang dapat dicapai oleh akal manusia.
Definisi
diatas menjelaskan bahwa filsafat itu pengetahuan yang diperoleh dari berfikir.
Ciri khas filsafat ialah ia diperoleh dengan berfikir dan hasilnya berupa
pemikiran (yang logis tetapi tidak empiris).
Pengetahuan
manusia ada tiga macam yaitu pengetahuan sain pengetahuan filsafat dan
pengetahuan mistik.
2.
Objek
Filsafat
Objek
adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan
pengetahuan, setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi
dua, objek material dan objek formal yaitu :
a.
Objek
material filsafat
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi bahan tinjauan
penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mecakup apa
saja baik hal-hal konkrit ataupun yang abstrak.
b.
Objek
formal filsafat
Objek formal yaitu sudut pandangan yang ditunjukkan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan atau sudut darimana objek material itu
disorot. Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh secara
umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.
Oleh karena itu, yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu
lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Adapun pada objek
formalnya membahas objek materialnya itu sampai kehakikat atau esensi dari yang
dihadapinya.
B.
DEFINISI FILSAFAT ILMU
1.
Hakikat
Ilmu dan Pengetahuan
Definisi
filsafat ilmu terdiri dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata ilmu. Kata
filsafat diartikan sebagai pengetahuan tentang kebijaksanaan (sophia), prinsip-prinsip
mencari kebenaran atau berpikir rasional-logis, mendalam dan tuntas (radikal)
dalam memperoleh kebenaran. Kata filsafat sendiri bersasal dari bahasa Yunani
yang diambil dari akar kata philo, yang berarti cinta, dan sophia
yang berarti kebijaksanaaan.
Adapun
kata ilmu (science) diartikan sebagai pengetahuan tentang sesuatu. Beberapa
ahli telah memberikan definisi tentang filsafat ilmu, diantaranya sebagai
berikut :
a.
May
Brodbeck
Mendefinisikan bahwa filsafat ilmu ialah suatu analisis netral yang
secara etis dan falsafi, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan
ilmu.[2]
b.
Cornelius
Benyamin
Mendefinisikan bahwa filsafat ilmu ialah studi sistematis mengenai
sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang mengenai metodenya, konsepnya, kedudukannya
didalam skema umum displin intelektual
Jadi, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya.[3]
2.
Objek
Filsafat Ilmu
Menurut
Jujun S. Suriasumantri mengatakan tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen
yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen
tersebut adalah ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Antologi menjelaskan
atau untuk menjawab mengenai pertanyaan apa, epistemologi menjelaskan atau
menjawab pertanyaan bagaimana, dan aksiologi menjelaskan atau menjawab mengenai
pertanyaan untuk siapa.
C.
DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU
1. ONTOLOGI FILSAFAT
Ontologi
merupakan cabang teori yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah
ontologi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu taonta berarti “yang
berada” dan logos berarti “ilmu penegtahuan atau ajaran” dengan demikian
ontologi berarti ilmu penegtahuan tentang yang berada. Ontologi merupakan salah
satu penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontologi orang
menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang
ada. Pertama kali orang dihadapakan pada dua macam keadaan yaitu kenyataan
berupa materi (kebendaan) dan kenyataan yang rohani (kejiwaan).
Term
ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1757) membagi metafisika menjadi
dua yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum adalah istilah
lain dari ontologi. Dapat disimpulkan metafisika umum atau ontologi cabang
filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar dari segala sesuatu yang ada.
Sedangkan metafisika khusus dibagi lagi menjadi kosmologi, fisikologi, dan
teologi. Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang yang membicarakan secara khusus
tentang jiwa manusia. Teologi dalah cabang yang membicarakan secara khusus
tentang tuhan.
2.
EPISTEMOLOGI
FILSAFAT
Secara
etimologi, epistomologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti
pengetahuan, dan logos yang berarti ilmu atau teori. Epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, dan validitas
pengetahuan.
3.
AKSIOLOGI FILSAFAT
Aksiologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang artinya nilai, dan logos artinya
ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori tentang nilai. Nilai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan hakikat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut kefilsafatan.
Ketiga cabang
tersebut merupakan satu kesatuan yaitu :
1.
Ontologi,
membicarakan hakikat segala sesuatu. Hal ini mencakupi banyak sekali filsafat
seperti logika, metafisika, kosmologi, teologi, antropologi, etika, estetika,
filsafat pendidikan, filsafat hukum, dan sebagainya.
2.
Epistimologi,
Hal ini hanya mencakup satu bidang saja yaitu cara memperoleh pengetahuan
filsafat.
3.
Aksiologi,
Hanya mencakup satu cabang filsafat yaitu membicarakan guna pengetahuan
filsafat.
Ketiga cabang
filsafat diatas merupakan kerangka struktur filsafat.
Salah
satu filsafat yang masih baru adalah filsafat parennial. Istilah parennial
berasal dari bahasa latin perennis yang
kemudian diadobsi kedalam bahasa inggris menjadi perennial yang berarti
kekal. Secara terminologi filsafat perennial (philosophia perennis) adalah filsafat yang dipandang dapat
menjelaskan segala kejadian yang bersifat hakiki, menyangkup kearifan yang
diperlukan dalam menjalani hidup yang benar juga menjadi hakikat seluruh agama
dan tradisi besar spiritualitas manusia.
Berkaitan
dengan itu, Aldous Huxley yang dalam pertengahan abad 19 mempopulerkan istilah
perennial melalui bukunya the perennial filosophy mengemukakan bahwa hakikat
filsafat perennial ada tiga yaitu metafisika, psikologi dan etika.
Metafisika
yaitu mengetahui adanya hakikat realitas ilahi yang merupakan substansi dunia
baik yang meterial, biologis maupun intelektual. Psikologi yaitu mengetahui
adanya sesuatu dalam diri manusia (soul) yang identik dengan realitas ilahi. Etika
yaitu meletakkan tujuan akhir kehidupan manusia. Dengan demikian, filsafat
perennial memperlihatkan seluruh eksitensi yang ada dialam semesta dengan
realitas ilahi.
Pengenalan
metafisika lebih dahulu sebelum pengetahuan lainnya mungkin karena perkembangan
filsafat pada awalnya ialah metafisika sehingga untuk memahami isi alam harus
difahami lebih dahulu wujud tuhan. Sedangkan psikologi hal kedua yang harus
dikenali adanya karena kenyataan bahwa tuhan sebagai tujuan merupakan sesuatu
yang tidak terbatas yang hanya dapat diketahui dari unsur dalam manusia. Membicarakan
tentang cara mengetahui (epistemologi) objek filsafat perennial sama artinya
dengan pembicaraan tentang proses batin manusia menangkap realitas absolut.
Tujuan
berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya jika hasil pemikiran itu
disusun, maka susunan itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Sistematika
atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistemologi,
dan aksiologi.
Isi
setiap cabang filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang diteliti
(dipikirkan)-nya. Jika ia memikirkan pendidikan, maka jadilah filsafat
pendidikan. jika yang dipikirkannya hukum, maka hasilnya filsafat hukum. Jika
ia memikirkan pengetahuan, jadilah ia filsafat ilmu. Jika memikirkan etika,
jadilah filsafat etika dan seterusnya. Inilah objek filsafat.
Objek
penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sains. Sains hanya
meneliti objek yang ada sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin
ada. Sebenarnya masih ada objek lain yang disebut objek formal yang menjelaskan
sifat kedalaman penelitian filsafat. Ini dibicarakan pada epistemologi
filsafat.
D.
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN FILSAFAT
Berfikir
secara mendalam tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya
sesuatu yang konkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian dibelakang
“objek konkret itu”.
Secara
mendalam artinya ia hendak mengetahui bagian yang abstrak sesuatu itu, ia ingin
mengetahui sedalam-dalamnya. Kapan pengetahuan itu sudah dikatakan mendalam?
Yakni tatkala ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat maju lagi,
disitulah orang berhenti dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara mendalam.
Jadi jelas, mendalam bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang lain.
Saya
misalnya mengetahui bahwa gula rasanya manis (pengetahuan empirik), dibelakangnya
saya mengetahui bahwa itu disebabkan oleh adanya hukum yang mengatur demikian.
Ini pengetahuan filsafat, abstrak, tetapi baru satu langkah. Orang lain dapat
mengetahui bahwa hukum itu dibuat oleh orang pintar. Ini sudah langkah kedua,
lebih mendalam dari pada sekedar mengetahui adanya hukum. Orang lain masih
dapat melangkah kelangk ah yang ketiga, misalnya ia mengetahui bahwa yang maha
pintar adalah tuhan, ia masih dapat maju lagi misalnya mengetahui sebagian
hakikat tuhan. Demikianlah, pengetahuan dibelakang fakta empiris
bertingkat-tigkat, dan itu menjelaskan kedalaman pengetahuan filsafat
seseorang, mudahnya berfikir mendalam ialah berfikir tanpa bukti empirik.
Kerja
akal yaitu berfikir mendalam menghasilkan filsafat. Jika kita ingin mengetahui
sesuatu yang tidak empirik, apa yang kita gunakan? Ya akal itu. Apapun
kelemahan akal, bahkan sekalipun akal amat diragukan hakikat keberadaannya,
juga akal telah menghasilkan apa yang disebut filsafat. Catat suatu hal yang
penting, “Janganlah hidup digantungkan oleh filsafat dan janganlah hidup ini
ditentukan oleh filsafat, filsafat itu produk akal dan akal itu belum diketahui
secara jelas identitasnya”.
E.
UKURAN KEBENARAN PENGETAHUAN FILSAFAT
Pengetahuan
filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini jelas bahwa
ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis
benar, bila tidak logis salah.
Kebenaran
teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis tidaknya
akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan itu. Fungsi argumen
dalam filsafat sangatlah penting, argumen menjadi kesatuan dengan konklusi,
konklusi itulah yang disebut dengan teori filsafat. Dan bobot teori filsafat
terletak pada kekuatan argumen bukan pada kekuatan konklusi.
F.
KEGUNAAN PENGETAHUAN FILSAFAT
Apa
guna pengetahuan filsafat? tidak semua orang mengetahui filsafat. Namun orang
yang merasa perlu berpartisipasi membangun dunia harus mengetahui filsafat.
Karena dunia dibangun oleh dua kekuatan, yaitu agama dan filsafat.
Untuk
mengetahui kegunaan filsafat, kita memulainya dengan melihat filsafat sebagai
kumpulan teori filsafat, filsafat sebagai metode pemecahan masalah, filsafat
sebagai pandangan hidup (philosophy of life). Filsafat sebagai teori
filsafat perlu dipelajari oleh orang yang akan menjadi pengajar dalam bidang
filsafat, juga filsafat sebagai methodology yaitu cara memecahkan
masalah yang dihadapi. Filsafat digunakan sebagai satu cara atau model
pemecahan masalah secara mendalam dan universal.[4]
Filsafat
sebagai pandangan hidup perlu juga diketahui. Contohnya mengapa misalnya salah
seorang presiden Amerika (Bill Clinton, 1998) telah mengaku berzina namun
masyarakatnya tetap banyak yang memberi dukungan? mungkinkah hal seperti itu
untuk Indonesia? presiden Indonesia yang mengaku berzina pasti akan dicopot
masyarakat Indonesia. mengapa berbeda? karena masyarakat Indonesia berbeda
pandangan hidupnya dengan masyarakat Amerika.
Filsafat
sebagai philosophy of life sama dengan agama, yaitu sama mempengaruhi
sikap dan tindakan penganutnya. Bila
agama dari tuhan maka filsafat (sebagai pandangan hidup) berasal dari pikiran
manusia.
1.
Kegunaan
filsafat bagi akidah
Akidah
adalah bagian dari ajaran Islam yang mengatur cara keyakinan. Pusatnya ialah
keyakinan kepada tuhan. Posisinya dalam keseluruhan ajaran islam sangat
penting, merupakan fondasi ajara islam secara mendalam, di atas kaidah itulah
ajaran islam berdiri dan didirikan.
Karena
kedudukan islam seperti itu, maka akidah seorang muslim harus kuat, dengan
kuatnya akidah kuat pula islam seseorang. Untuk memperkuat akidah setidaknya
dilakukan dua hal, pertama, mengamalkan keseluruhan ajaran islam dengan
sungguh-sungguh, kedua, mempertajam pengertian ajaran islam. Jadi,
akidah diperkuat dengan pengalaman dan pemahaman.
Filsafat
dapat berguna untuk memperkuat keimanan, ini menurut sebagian filosof seperti
Thomas Aquinas, tetapi menurut filosof lain seperti Kant, bukti-bukti akhidah
tentang adanya tuhan sebenarnya lemah, bukti yang kuat adalah suara hati.
2.
Kegunaan
filsafat bagi hukum
Istilah
hukum islami biasa diartikan syariah dan terkadang fiqih. Fikih secara bahasa
berarti mengetahui Al Quran mengguanakan kata al Fiqh dalam pengertian memahami
atau faham. Pada zaman nabi Muhammad SAW kata al Fiqh tidak hanya berarti paham
tentang hukum namun juga faham dalam arti umum. Aturan dan ketentuan hukum yang
ada dalam fiqih pada garis besarnya mencakup tiga unsur pokok. Pertama perintah,
seperti sholat, zakat, puasa dan sebagainya. Kedua larangan, seperti
larangan musyrik, zina dan sebagainya. Ketiga cara sholat, cara puasa dan
sebagainya.
Keseluruhan
unsur pokok diatas bila dilihat dari sudut sifatnya, dapat dibagi menjadi dua. Pertama
bersifat tetap, tidak terpengaruh oleh kondisi tertentu seperti sebagian akidah
dan seluruh ibadah. Kedua bersifat dapat berubah sesuai dengan kondisi
tertentu, ini bidang ijtihad. Tujuan utama diturunkannya hukum islam atau fiqih
ialah untuk menciptakan kemaslahatan hidup manusia, yakni kebaikan. Hukum
islami dibentuk atas dasar prinsip menghilangkan kesempitan karna kesempitan
itu menyebabkan kesulitan. Prisnsip lain yang mendasari hukum islami ialah daf’
al-dlarar, menghilangkan bahaya. Juga prinsup al-ata’assuf fi isti’mal
al-haqq yakni boleh melakukan sesuatu asal tidak membahayakan yang lain
Dari
sini lahirlah khaidah usul fiqh yang berbunyi “menolak bahaya didahulukan dari
pada mengambil maslahat”. Fikh dalam arti kumpulan hukum dibuat berdasarkan
kaidah-kaidah hukum yang berfungsi sebagai teori yang digunakan dalam
menetapkan hukum tersebut. ternyata kaidah pembuatan hukum atau (usul fiqh) itu
dibuat berdasarkan teori-teori filsafat. Karena itu manthiq (manthiq,
logika) amat penting bagi ulama’ usul fiqh. Dalam usul fiqh filsafat berguna
juga untuk menafsirkan teks dan memberikan kritik ideologi. Dalam memberikan
kritik ideologi, yakni menggunakan fungsi kritis filsafat. Filsafat itu dapat
melakukan dua hal pertama kritik terhadap ideologi saingan yang akan merusak
islam atau masyarakat islam, kedua kritik terhadap hukum islami misalnya mempertanyakan
apakah benar hukum itu seperti itu, apakah sesuai dengan esensi yang dikandung
oleh teks yang dijadikan dasar hukum tersebut.
3.
Kegunaan
filsafat bagi bahasa
Disepakati
oleh para ahli bahwa bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan
perasaan dan pikiran. Terlihat adanya hubungan yang erat antara bahasa dan
pikiran. Jadi jelas antara pikiran dan bahasa erat hubunganya.
Tatkala
bahasa sebagai alat berpikir ilmiah muncul problem yang serius, dan
diselesaikan dengan filsafat. Begitu pula tatkala filsafat sampai perumusan
konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan, yaitu bahasa kurang mampu
menggambarkan isi konsep itu.
Bahasa
sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan pemakaianya. Orang awan
sering merusak bahasa, mereka menggunakan bahasa tanpa mengikuti kaidah benar.
Kerusakan bahasa biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika.
Logika itu filsafat.
Filosof
adalah orang yang bijaksana. Orang yang bijaksana tentu harus menggunakan
bahasa yang benar. Bahasa yang benar itu akan mampu mewakili konsep logis yang
dibawanya. Karena itu eratlah hubungan antara filsafat dan bahasa.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat
itu pengetahuan yang diperoleh dari berfikir. Ciri khas filsafat ialah ia
diperoleh dengan berfikir dan hasilnya berupa pemikiran (yang logis tetapi
tidak empiris). Definisi filsafat ilmu terdiri dari dua kata yaitu, kata
filsafat dan kata ilmu. Kata filsafat diartikan sebagai pengetahuan tentang
kebijaksanaan (sophia), prinsip-prinsip mencari kebenaran atau berpikir
rasional-logis, mendalam dan tuntas (radikal) dalam memperoleh kebenaran. Kata
filsafat sendiri bersasal dari bahasa Yunani yang diambil dari akar kata philo,
yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaaan. Adapun
kata ilmu (science) diartikan sebagai pengetahuan tentang sesuatu. Jadi,
filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara
memperolehnya.
Ontologi,
membicarakan hakikat segala sesuatu. Hal ini mencakupi banyak sekali filsafat
seperti logika, metafisika, kosmologi, teologi, antropologi, etika, estetika,
filsafat pendidikan, filsafat hukum, dan sebagainya. Epistimologi, Hal ini
hanya mencakup satu bidang saja yaitu cara memperoleh pengetahuan filsafat. Aksiologi,
Hanya mencakup satu cabang filsafat yaitu membicarakan guna pengetahuan
filsafat.
B.
SARAN
Makalah ini bertujuan memperluas
wawasan dan nuansa kerangka berpikir bagi para pengemar ilmu filsafat dalam
segala aspek dan bidangnya. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna meyempurnakan
dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo. 2008.
Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, A.
2011. Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara.
Tafsir, Ahmad.
2012. Filsafat Ilmu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar